Anemia

TIM PKPRS

RSU MAGUAN HUSADA

PRACIMANTORO – WONOGIRI

Jangan Sepelekan Anemia, Ini 7 Bahaya Yang Mengincar Kesehatan Anda -  JPNN.com

    1. Pengertian

Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal (Handayani.,Haribowo. 2008).

Batasan umum seseorang dikatakan anemia dapat menggunakan kriteria WHO pada tahun 1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & Andi, 2008):

    • Laki-laki dewasa Hb < 13 gr/dl
    • Perempuan dewasa tidak hamil Hb < 12 gr/dl
    • Perempuan dewasa hamil Hb < 11 gr/dl
    • Anak usia 6-14 tahun Hb < 12 gr/dl
    • Anak usia 6 bulan – 6 tahun Hb < 11 gr/dl

Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktik klinik pada umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani.,Haribowo. 2008)

    • Hb < 10 gr/dl
    • Hematokrit < 30%
    • Eritrosit < 2,8 juta/m

Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai adalah (Handayani.,Haribowo. 2008):

    • Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
    • Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
    • Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 dr/dl
    • Berat Hb < 6 gr/dl
    1. Etiologi

Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008).penyebab anemia dapat dikelompokan sebagai berikut

  1. Gangguan produksi eritrosit yang dapat terjadi karena:
    1. Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemi difisiensi Fe, Thalasemia, dan anemi infeksi kronik.
    2. Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien yang dapat menimbulkan anemi pernisiosa dan anemi asam folat.
    3. Fungsi sel induk (stem sel) terganggu , sehingga dapat menimbulkan anemia aplastik dan leukemia.
    4. Infiltrasi sumsum tulang, misalnya karena karsinoma.
  2. Kehilangan darah
    1. Akut karena perdarahan atau trauma atau kecelakaan yang terjadi secara mendadak.
    2. Kronis karena perdarahan pada saluran cerna atau menorhagia.
  3. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) Hemolisis dapat terjadi karena:
    1. Faktor bawaan, misalnya, kekurangan enzim G6PD (untuk mencegah kerusakan eritrosit.
    2. Faktor yang didapat, yaitu adanya bahan yang dapat merusak eritrosit misalnya, ureum pada darah karena gangguan ginjal atau penggunaan obat acetosal.
  4. Bahan baku untuk pembentukan eritrosit tidak ada

Bahan baku yang dimaksud adalah protein , asam folat, vitamin B12, dan mineral Fe. Sebagian besar anemia anak disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang.

3. Tahap perjalanan penyakit Anemia

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui.Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam fagositi akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, makan hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin. Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal, yaitu anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut sindrom anemia (Handayani, 2008).

Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga kelompok (Handayani.,Haribowo. 2008) :

  1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal

Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik.Hal ini terjadi akibat adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain sickle cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12, dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses eritropoesis.

  1. Anemia akibat penghancuran sel darah merah

Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan anemia hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara lain:

    1. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia.
    2. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis makanan.
    3. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis.
    4. Autoimun.
    5. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis.

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigen pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis.

  1. Anemia akibat kehilangan darah

Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada perdarahan yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis umumnya muncul akibat gangguan gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.

  1. Manifestasi klinis

Menurut (Handayani.,Haribowo. 2008), tanda dan gejala dari anemia, meliputi:

  1. Lemah, Letih, Lesu, Lelah, Lunglai (5L).
  2. Sering mengeluhkan pusing dan mata berkunang-kunang.
  3. Gejala lebih lanjut, adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat.

Sedangkan menurut Handayani & Andi (2008), tanda dan gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu sebagai berikut:

  1. Gejala umum anemia

Gejala umum anemia atau dapat disebur juga sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar Hb yang sudah menurun di bawah titik tertentu. Gejala-gejala tersebut dapat diklasifikasikan menurut organ yang terkena, yaitu:

    • Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
    • Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilatas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
    • Sistem urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
    • Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis dan halus.
  1. Gejala khas masing-masing anemia

Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut:

    • Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, keletihan, kebas dan kesemutan pada ekstremitas
    • Anemia defisiensi asam folat: lidah merah (buffy tongue).
    • Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
    • Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
  1. Gejala akibat penyakit yang mendasari

Gejala ini timbul karena penyakit-penyakit yang mendasari anemia tersbut. Misalnya anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing tambang berat akan menimbulkan gejala seperti pembesaran parotis dan telapak tangan berwatna kuning seperti jerami.

  1. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan diagnose anemia adalah (Handayani, 2008):

  1. Pemeriksaan laboratorium hematologis
    • Tes penyaring: dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.

Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen, seperti kadar hemoglobin, indeks eritrosit (MCV, MCH, dan MCHC), asupan darah tepi.

    • Pemeriksaan rutin: untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.
    • Pemeriksaan sumsum tulang: dilakukan pada kasus anemia dengan diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.
  1. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis
    • Faal ginjal
    • Faal endokrin
    • Asam urat
    • Faat hati
    • Biakan kuman
  2. Pemeriksaan penunjang lain
    • Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi.
    • Radiologi: torak, bone survey, USG, atau limfangiografi.
    • Pemeriksaan sitogenetik.
    • Pemeriksaan biologi molekuler (PCR: polymerase chain reaction, FISH: fluorescence in situ hybridization).

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang tepat dilakukan untuk pasien anemia sesuai jenisnya, dapat dilakukan dengan (Handayani.,Haribowo. 2008) :

  1. Anemia Aplastik
    • Transplantasi sumsum tulang.
    • Pemberian terapi imunosupresif dengan globulin antitimosit (ATG).
    • Hentikan semua obat yang menyebabkan anemia tersebut.
    • Cegah timbulnya gejala-gejala dengan melakukan transfuse sel-sel darah merah dan trombosit.
    • Lindungi pasien yang rentan terhadap leukopenia dari kontak dengan orang-orang yang menderita infeksi.
  2. Anemia defisiensi besi
    • Teliti sumber penyebab yang mungkin dapat berupa malignasi gastrointestinal, fibroid uteri, atau kanker yang dapat disembuhkan.
    • Lakukan pemeriksaan feses untuk mengetahui darah samar.
    • Berikan preparat besi orang yang diresepkan.
    • Hindari tablet dengan salut enteric, karena diserap dengan buruk.
    • Lanjutkan terapi besi sampai setahun setelah perdarahan terkontrol.
  3. Anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat) Anemia defisiensi vitamin B12:
    • Pemberian suplemen vitamin atau susu kedelai difortifikasi (pada vege tarian ketat).
    • Suntikan vitamin B12 secara IM untuk kelainan absorpsi atau tidak terdapatnya faktor-faktor instriksik.
    • Cegah kambuhan dengan vitamin B12 selama hidup untuk pasien anemia pernisiosa atau malabsorpsi yang tidak dapat diperbaiki.

Anemia defisiensi asam folat:

    • Pemberian diit nutrisi dan 1 mg gram asam folat setiap hari.
    • Asam folat IM untuk sindrom malabsorpsi.
    • Asam folat oral diberikan dalam bentuk tablet (kecuali vitamin prenatal).
  1. Anemia sel sabit
    • Arus utama terapi adalah hidrasi dan analgesia.
    • Hidrasi dengan 3-5L cairan intravena dewasa per hari.
    • Berikan dosis adekuat analgesik narkotik.
    • Gunakan obat anti inflamasi non steroid untuk nyeri yang lebih ringan.
    • Transfusi dipertahankan untuk krisis aplastik, krisis yang tidak responsive terhadap terapi, pada preoperasi untuk mengencerkan darah sabit, dan kadang-kadang setengah dari masa kehamilan untuk mencegah krisis.

 

Leave a Comment